ANALISIS NOVEL SEMUA IKAN DI LANGIT KARYA ZIGGY ZEZSYAZEOVIENNAZABRIZKIE DENGAN TEORI PSIKOLOGI SASTRA ABRAHAM MASLOW

Oleh:

Nathasya yuwan Prameswari (03020423049)

Novel Semua Ikan Di Langit karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, merupakan sebuah novel fantasi yang memiliki banyak makna di dalam ceritanya. Kisah Bus Damri yang mengajak pembacanya berprtualang bersamanya. “saya” yang merupakan bus damri yang tidak pernah bosan berkeliling kota melalui trayek-leuwipanjang tiba-tiba pada suatu hari diajak oleh ikan julung-julung untuk menemani “beliau” berjalan-jalan. Beliau merupakan sosok anak laki-laki yang misterius. Dimulai dari sekarang sampai akhir dari suatu dunia, perjalanan mereka menjadi angkasa luas yang melewati dimensi ruang dan waktu. Kisah perjalanan mereka yang dibalut fantasi benar-benar seperti dongeng.

Pekerjaan Saya memang dianggap membosankan, mengelilingi tempat yang sama dan itu-itu saja. Lalu diisi kaki-kaki yang berkeringat, diusik cicak-cicak yang kurang ajar, dan lainnya. Namun, untuk kali ini Saya akan mengelilingi tempat dengan melewati dimensi ruang dan waktu bersama “Beliau”. Perjalanannya tersebut mempertemukannya juga dengan tokoh-tokoh unik lainnya yang bahkan ikut dengannya. Permasalahan-permasalahan dalam cerita ini mungkin bisa dibedah memlalui unsur-unsur intrinsik nya seperti:

·       Tema: Petualangan

·       Tokoh dan Penokohan: Terdapat 2 karakter tokoh utama yakni Bus Damri dan Beliau. Dan 11 karakter lain yakni Nad, Ikan julung-julung, Shosanna, Pak sopir dan pak kondektur, Chinar, anak-anak Chinar, si Jahannam, Cahaya pertama membingungkan dan Empat penjaga.

·       Latar tempat (tempat sampah dengan 109 gunung, 5 lautan, 7 daratan. Kamar paling berantakan di seluruh dunia)

Latar Waktu (abad 21, tahun 1994, tahun 2007)

Latar suasana (sebagian besar suasana bergantung pada keadaan hati Tokoh Beliau karena Beliaulah yang menentukan Tujuan-Tujuan di perjalanan)

·       Alur: Alur maju

·       Sudut pandang: Terdapat 2 jenis Sudut pandang yakni sudut pandang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

·        Gaya Bahasa: metafora, hiperbola, paradoks, klimaks.

Ditulis dengan gaya bahasa yang runut, enak dibaca, tiap tokoh memiliki karakter, juga mudah untuk dipahami. Bahkan mereka yang jarang membaca pun tidak akan kesulitan menamatkan buku ini. Karena memang tidak banyak diksi yang sukar dipahami. Semua Ikan di Langit bertutur menggunakan sudut pandang orang pertama. Yaitu sudut pandang Bus yang sebenarnya tidak terlalu cerdas. Dalam perjalanan cerita, Bus dapat memahami siapapun yang ada di dalamnya. Memahami isi pikiran atau yang disampaikan perempuan yang menumpang misalnya. Kucing bernama Bastet yang menumpanginya, hingga kecoak bule dengan panggilan Nad. Hanya saja tidak pada seorang lelaki kecil yang dipanggi Beliau. Untuk memahami isi pikiran, Bus butuh menyentuh penumpangnya. Sedangkan Beliau berjalan dengan cara melayang. Bus tidak bisa memahami Beliau. Beliau adalah manusia yang aneh. Itupun jika Beliau adalah manusia. Karena Beliau selalu dikerubungi Ikan Julung-julung yang juga terbang. Ikan yang dapat menggerakkan Bus terbang ke berbagai tempat.

Cerita ini dapat dibedah melalui Teori psikologi sastra Abraham Maslow yakni Kebutuhan Fisiologis, Kebutuhan Rasa Aman, Kebutuhan Akulturasi diri, Kebutuhan dicintai dan disayangi, dan kebutuhan rasa aman. Terdapat beberapa kutipan novel yang termasuk ke dalam teori psikologi sastra Abraham maslow:

“kerja berarti berputar-putar keliling kota... pulang berarti mengobrol dengan rekan-rekan serumah, lalu mandi sebelum istirahat..”(kebutuhan fisiologis, Hal:5) “Ah. pertama kali saya melihat beliau. Ikan julung-julung membawa saya ke tempat sampah..”(kebutuhan fisiologis, Hal:8)jadi adikmya itu keluar, mulai mengecat bentuk-bentuk naga abadi di pagar-pagarnya. luar rumanya itu tidak lagi sekedar dijaga oleh kayu-kayu tinggi, tetapi kini dijaga juga oleh naga galak!hm!” (kebutuhan Rasa Aman, Hal:124) “anak lelaki itu sangat kecil. Tetapi meski tangan dan kakinya kurus, kedua pipinya tampak berisi…” (kebutuhan Fisiologis, Hal:9) “kebahagiaan beliau melahirkan Bintang” (kebutuhan akulturasi diri,Hal:47) “kesedihan beliau membunuh keajaiban” (kebutuhan dicintai dan disayangi, Hal:47) “kemarahan beliau berakibat fatal” (kebutuhan rasa aman, Hal:47) “ rasa takut akan selalu ada, bahkan dalam cinta sejati” (kebutuhan dicintai dan disayangi, Hal:139) “kehidupan berbuat jahat pada mereka” (kebutuhan rasa aman, Hal:139)

“tapi ada sesuatu yang lain yang tiba-tiba lebih kami cintai” (kebutuhan akulturasi diri, Hal:139) “atau kita sendiri yang menjadi alasan berkurangnya kebahagiaan mereka itu” (Kebutuhan Rasa Aman, Hal:139) “salah satu bunga yang paling membuat saya tertarik adalah bunga mulut singa yang sedang dimain-mainkan oleh segerombol ikan..” (kebutuhan akulturasi diri, Hal:180) “sederhana bunga itu membuat saya senang sekali, meskipun dia cuma berayun malu-malu dan tersenyum kalem kalau didekati.” (kebutuhan akulturasi diri Hal:180)

Komentar